Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Laporan Praktikum Difusi dan Osmosis PDF

Download Laporan - Laporan Praktikum Difusi dan Osmosis dengan format PDF. Laporan ini dapat di download dengan mudah secara gratis. Tulisan ini berisi laporan difusi dan osmosis yang digunakan untuk melengkapi tugas praktikum Biologi. Adapun tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui definisi difusi dan osmosis, mengetahui tentang gerak brown, serta mengetahui faktor yang mempengaruhi difusi.


laporan praktikum difusi dan osmosis pdf

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan resmi “Praktikum Biologi Umum”. Penulisan laporan ini adalah salah satu syarat ketuntasan praktikum Biologi umum dalam mata kuliah Biologi dasar.

Dalam penulisan laporan praktikum ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.

Atas tersusunnya laporan ini, maka penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Ibu Siti Badrah, M.Kes selaku Dosen Biologi, seluruh asisten praktikum, dan segenap pihak yang telah membantu hingga laporan ini terselesaikan.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.


BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, telah banyak ditemukan teori-teori baru yang dapat membantu manusia mengetahui hal-hal yang belum diketahuinya Salah satunya adalah teori tentang difusi. Difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang konsentrasinya lebih rendah. Proses difusi terjadi di dalam proses metabolisme pada organisme multiseluler meliputi banyak hal diantaranya transport materi dan energi. Metabolisme diartikan pertukaran zat antar suatu sel organisme dengan lingkungannya. Salah satu aktivitas protoplasma yang penting adalah pembentukan sel baru dengan cara pembelahan.

Sistem penyerapan serta transportasi nutrien sangat penting bagi tumbuhan dan hewan. Penyerapan atau transpor pasif, berlangsung antara lain secara osmosa. Sementara penyerapan secara aktif berlangsung dengan menggunakan sumber energi hasil respirasi berupa ATP. Proses difusi sendiri adalah percampuran antara dua molekul yang berbeda konsentrasi. Difusi juga terjadi pada sel organisme hidup dimana molekul yang berdifusi harus menerobos pori-pori, tetapi antar molekul yang berbeda konsentrasinya itu dipisahkan oleh membrane plasma yang mempunyai pori-pori (osmos). Dengan demikian osmosis adalah proses difusi pda organisme hidup di mana molekul yang berdifusi harus menerobos pori-pori membran plasama (Anonim B, 2009).

Oleh karena itu, untuk memahami proses difusi pada organisme hidup serta faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi dilakukanlah percobaan ini, yakni percobaan tentang difusi.


1.2 Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu:

  1. Mengetahui definisi difusi.
  2. Mengetahui definisi osmosis.
  3. Mengetahui tentang gerak brown.
  4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi difusi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Metabolisme adalah segala proses reaksi kimia yang terjadi di dalam makhluk hidup, mulai dari makhluk bersel satu yang sangat sederhana seperti bakteri, protozoa, jamur, tumbuhan, hewan sampai kepada manusia, makhluk yang susunan hidupnya sangat kompleks. Di dalam proses ini makhluk hidup mendapat, mengubah dan memakai senyawa kimia dari sekitarnya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (Wirahadikusumo, 1985).

Jalur metabolisme terdiri atas reaksi-rekasi anabolisme dan metabolisme. Reaksi anabolisme adalah reaksi membangun dari ikatan sederhana ke ikatan lebih besar dan kompleks misalnya glukosa diubah menjadi glikogen, asam lemak dan gliserol menjadi trigliserida, serta asam amino menjadi asam protein. Proses anabolisme memerlukan energi. Reaksi katabolisme adalah reaksi yang memecah ikatan kompleks menjadi ikatan lebih sederhana. Reaksi katabolisme biasanya melepaskan energi. Contoh reaksi katabolisme adalah pemecahan glikogen menjadi glukosa, trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak, serta protein menjadi asam amino (Almatsier, 2009).

Semua reaksi katabolisme dikatalisis oleh enzim, termasuk reaksi yang sederhana seperti penguraian asam karbonat menjadi air dan karbohidrat, proses pemasukan dan pengeluaran zat kimia dari dan ke dalam sel melalui membran, proses biosintesis yang panjang dan rumit ataupun proses penguraian bahan makanan dalam sistem pencernaan. Hal lain yang penting dari metabolisme adalah peranannya dalam proses pengawaracunan atau detoksifikasi, yaitu mekanisme reaksi pengubah zat racun menjadi senyawa tak beracun yang dapat dikeluarkan dari tubuh. Sebagian besar proses metabolisme terjadi di dalam sel, oleh karena itu mekanisme masuk dan keluarnya zat kimia melalui membran sel mempunyai arti penting dalam mempertahankan keseimbangan energi dan materi di dalam tubuh (Wirahadikusumo, 1985).

Sitoplasma sel dikelilingi oleh membran plsama, dan struktur subselulernya seperti inti sel, lisosom dan mitokondria diselubungi oleh membran. Membran mengandung lipid, protein, dan sedikit karbohidrat. Membran terdapat sebagai lapisan ganda fosfolipid yang tertutup sehingga memisahkan sel dari lingkungannya, atau memisahkan bagian-bagian sel yang berbeda, sehingga aktivitas-aktivitas tertentu dapat berlangsung secara terpisah. Jadi, membran adalah suatu pelindung fisik, yang mempunyai permeabilitas selektif yang sesuai, dimana ruang yang diselubunginya tersebut dapat memperoleh zat-zat yang berguna dan mengeluarkan zat-zat yang berbahaya, dan untuk membantu pengeluaran senyawa-senyawa tertentu. Membran juga menyediakan suatu lingkungan dimana reaksi-reaksi kimia yang telah memerlukan kondisi berair dapat berlangsung di dalamnya (Kuchel, 2006).

Ada zat yang harus dimasukkan dan ada pula yang harus dikeluarkan dari sel. Zat yang harus dimasukkan ini ialah air, ion, metabolit, zat regulator (pengatur aktivitas sel sejaringan), dan oksigen. Yang harus dikeluarkan ialah ampas metabolisme, terutama berupa gas CO2, NH3 dan butiran yang dikeluarkan badan sisa pasca-lisosom. Zat yang disintesa sel ada juga yang dikeluarkan. Pengeluaran zat produksi itu disalurkan lewat alat golgi, dikeluarkan dalam bentuk vesikula (Yatim, 1990).

Dalam kehidupannya, sel melakukan tranport zat terus-menerus, baik ke dalam maupun ke luar. Transport itu lewat membran sel atau unit mebran pada umumnya. Transport zat itu melewati 2 daerah: cairan intrasel (cairan sitoplasma atau sitosol sendiri) dan cairan ekstrasel (disebut cairan intrsekuler bagi makhluk multiseluler).

Pada lazimnya untuk trasport zat, sel butuh energi. Yakni berupa ATP, yang akan dipecah oleh ATPase menjadi ADP dan P. P (fosfat) itu mengandung energi untuk reaksi kimia dalam tahap-tahap kegiatan sel. Tapi ada juga transport zat yang tidak membutuhkan pengerahan energi, dan secara alamiah saja keluar masuk sel (Yatim, 1990).

Ada beberapa macam transport zat lewat membran sel, yaitu:

Difusi merupakan suatu proses lewatnya bahan-bahan tertentu lewat suatu membran sebagai akibat konsentrasi yang berbeda. Apabila membran plasma ini bersifat permeabel maka hanya bahan-bahan tertentu saja yang dapat melewatinya dengan cara difusi. Difusi melewati membran plasma ini pada umunya bersifat khas karena membutuhkan enzim tertentu sehingga membran sel bersifat “enzyme controlled permeable”. Mekanisme dapat dilihat pada pemasukan gerakan molekul ion cenderung mengisi seluruh ruangan yang tersedia (Juwono, 2000).

Difusi ini adalah perembesan zat dari ruang yang berkonsentrasi tingggi ke ruang yang berkonsentrasi lebih rendah. Perembesan ini mungkin tanpa lewat sekat, mungkin pula lewat sekat. Perembesan tanpa lewat sekat berlangsung baik dalam protoplasma sendiri, seperti dari ujung retikulum endoplasma ke ujung lain. Perembesan lewat sekat, berlangsung baik antara intra dan ekstra-sel, antara sitoplasma dan nukleoplsama., ataupun antara sitoplasma dan organel. Perembesan itu lewat unit membran. Difusi berlangsung menurut gradient (kemiringan) konsentrasi. Yakni dari ruang yang konsentrasi zat A tinggi ke ruang zat yang konsentrasi zat A itu rendah (Yatim, 1990).

Cara difusi umum terdapat pada sel dan tanpa butuh energi. Proses difusi dapat terjadi bagi oksigen, CO2, air, elektrolit dan bahan organis molekul sederhana. Difusi lewat sekat jauh lebih pelan dan sulit daripada tanpa lewat sekat. Karena molekul zat itu harus melewati molekul-molekul membran yang bersusun rapat. Air mudah berdifusi lewat pori yang banyak tersebar pada membran sel (Yatim, 1990).

Gerakan-gerakan zarah (molekul ion) cenderung mengisi seluruh ruangan yang tersedia. Zarah yang larut dalam larutan selalu berada dalam gerakan yang acak-acakan di mana zarah padat itu banyak mengalami tubrukan. Dalam tubuh, difusi tidak hanya terjadi dalam ruangan cair, tetapi terjadi dari satu ruangan ke ruangan lain yang mempunyai sekat yang di antara ruangan tersebut terdapat permeable untuk zat yang berdifusi. Kecepatan difusi sekat lebih lambat daripada kecepatan difusi dalam air (Syaifuddin, 2002).

Difusi melalui membran sel dapat terjadi melalui difusi sederhana dan difusi yang mempermudah.

  • Difusi sederhana, gerakan kinetik molekular dari molekul atau ion terjadi melalui celah membran atau ruang inter molekular tanpa perlu berikatan dengan protein pembawa dalam membran. Kecepatan difusi ditentukan oleh jumlah zat yang tersedia dan jumlah celah membran sel yang dapat dilalui molekul.
  • Difusi yang dipermudah, membutuhkan interaksi antara molekul maupun ion dengan protein pembawa.

Difusi melalui saluran protein merupakan suatu jalan pintas yang menembus sela-sela molekul protein. Saluran berbentuk corong mulai dari ujung ekstraseluler. Saluran ini dibedakan oleh dua sifat khas, yaitu:

  • Permeabilitas selektif adalah melakukan transpor atau lebih ion spesifik, diameter, bentuk, dan jenis muatan listriknya.
  • Gerbang saluran protein berguna untuk mengatur permeabilitas. Saluran gerbang ini mempunyai perluasan yang mirip pada gerbang pada molekul protein transpor yang dapat menutup dan membuka dengan cara mengubah bentuk molekul protein tersebut (Syaifuddin, 2002).

Osmosis ialah lewatnya zat pelarut melalui membran sebagai akibat perbedaan tekanan osmosis. Dalam hal ini zat pelarut akan melewati suatu membran dati larutan yang berkadar rendah ke dalam larutan yang berkadar tinggi sehingga tercapai suatu keseimbangan. Hal inilah yang terjadi dalam transportasi air dari sel ke dalam rongga antarsel dan dari sel yang satu ke dalam sel yang lain seperti dalam sel-sel tumbuhan (Juwono, 2000).

Peristiwa osmosis merupakan faktor yang amat penting dalam terjadinya fisiologis. Kecenderungan molekul pelarut bergerak ke daerah yang mempunyai keadaan zat larut yang lebih tinggi dapat dicegah dengan menggunakan tekanan pada larutan yang lebih pekat (Syaifuddin, 2002).

Keseimbangan osmotik adalah kekuatan yang besar untuk memudahkan air agar dapat melintasi membran sel. Jika cairan interseluler dan ekstraseluler tidak berada dalam keseimbangan osmotik sebagai kekuatan yang besar ini maka perubahan yang relatif kecil pada konsentrasi zat terlarut impermeabel dalam cairan ekstraseluler dapat menyebabkan perubahan luar dalam volume sel.

  • Cairan isotonik, jika suatu sel diletakkkan pada suatu larutan dengan zat terlarut impermeabel (tidak dapat dilewati) maka sel tersebut tidak akan mengerut atau membengkok.
  • Cairan hipotonik, jika sebuah sel diletakkan dalam larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut impermeabel yang lebih rendah maka air akan berdifusi ke dalam sel.
  • Cairan hipertonik, jika sebuah sel diletakkan dalam larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut impermeabel lebih tinggi maka air akan mengalir keluar dair sel dan masuk ke dalam cairan ekstraseluler (Sayaifuddin, 2002).

Transpor zat aktif, transport zat cara ini disebut aktif karena membutuhkan energi dalam bentuk ATP. Transport aktif melawan gradient konsentrasi suatu zat. Berarti zat itu merembes dari ruangan yang mengandung zat A yang berkonsentrasi rendah ke ruang yang berkonsentrasi tinggi. Perembesan zat ke dalam sel secara transport aktif disebut absorpsi (Yatim, 1990).

Transport aktif serentak dengan peristiwa memompa ion lewat membran sel. Ion yang dipompakan ialah Na+, K+, dan Cl-. Karena Na+ berkonsentrasi lebih tinggi di luar sel maka ion akan selalu mengalami difusi ke dalam. Namun difusi yang terus-menerus ini berakibat bertimbunnya Na+ dalam sel. Ini harus dicegah, maka Na+ dipompa keluar, melawan gradient konsentrasinya sendiri dan butuh energi dikerahkan. Dalam pada itu K+ pun selalu berdifusi ke luar sel, karena konsentrasinya lebih tinggi di dalam sel. K+ lebih mudah dari pada Na+, karena sebelah dalam membran bermuatan -. Jadi, selalu ada peristiwa memompa ion dalam sel. Contoh transport aktif ialah eksositosis dan endositosis (Yatim, 1990).

Molekul air mempunyai sifat umum yang bergerak secara difusi, sesuai dengan gradien (laju pertambahan) konsentrasi. Air cenderung berdifusi dari daerah yang jumlah daerah terlarutnya sedikit ke jumlah zat terlarutnya banyak. Besarnya tekanan hidrostatis yang diperlukan untuk menghasilkan aliran massa yang seimbang dan berlawanan arah dengan aliran difusi pelarut tekanan yang ekuivalen disebut tekanan osmotik. Jumlah pelarut tersebut sebanding dengan jumlah konsetrasi semua partikel zat terlarut yang ada di dalamnya (Saifuddin, 2002).

Gerak brown adalah gerakan terus-menerus dari suatu partikel zat cair ataupun gas, artinya partikel-partikel ini tidak pernah dalam keadaan stasioner atau sepenuhnya diam. Koefisien difusi mencerminkan gerkan brown dan bergantung pada bentuk dan ukuran partikel, dan pada temperatur serta kepekatan medium. Koefisien difusi dapat diukur dengan peralatan khusus yang membentuk permukaan batas antara suspensi partikel dan pelarutnya. Kondisi dibakukan atau harkatnya dikoreksi pada suhu 20oC dan pengencerannya tak terbatas di dalam medium air. Partikel yang lebih kecil berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan partikel yang lebih besar. Difusi juga memainkan peranan dalam kormatografi saringan molekular (Bos, 1990).


BAB III. METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum tentang “Difusi dan Osmosis” dilakukan pada hari Jum’at 28 November 2011. Percobaan tersebut dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum adalah kaca preparat, pipet tetes, spatula, stopwatch, dan gelas piala. Bahan yang digunakan adalah methylen blue, Kristal CuSO4 dan aquades.

3.3 Cara Kerja

  1. Ditetesi larutan methylen blue ke kaca preparat yang telah ditetesi aquades terlebih dahulu.
  2. Diamati penyebaran warna biru dari methylen blue.
  3. Ditetesi Kristal CuSO4 ke kaca preparat yang telah ditetesi aquades.
  4. Diamati penyebaran warna biru dari Kristal CuSO4.
  5. Dicatat waktu sampai warna larutan merata.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Untuk melihat hasil pengamatan, silahkan unduh file laporan melalui link di akhir tulisan.


4.2 Pembahasan

Difusi adalah perembesan zat dari ruang berkonsentrasi lebih tinggi ke ruang yang berkonsentrasi lebih rendah. Perembesan itu mungkin tanpa lewat sekat maupun lewat sekat. Difusi berlangsung menurut gradient konsentrasi. Yakni dari ruang zat A tinggi ke ruang zat A rendah. Cara difusi umum terdapat pada sel dan tanpa butuh energi (Yatim, 1990).

Osmosis adalah difusi zat pelarut melintasi membran. Pada makhluk hidup zat pelarut selalu air. Osmosis didefinisikan sebagai pergerakan air (zat pelarut) melalui membran permeabel selektif, dari area dengan konsentrasi air yang tinggi ke area dengan konsentrasi air yang rendah (James, 2008).

Beberapa faktor yang mempengaruhi difusi antara lain sebagai berikut:

  1. Ukuran partikel, semakin kecil, cepat partikel itu akan bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
  2. Ketebalan membran, semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
  3. Luas suatu area, semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
  4. Jarak, semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya.
  5. Suhu, semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka semakin cepat pula kecepatan difusinya (Anonim A, 2009).

Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan osmosis, antara lain:

  1. Ukuran zat terlarut, semakin banyak zat terlarut maka kecepatan osmosisnya semakin cepat.
  2. Ketebalan membran, semakin tebal suatu membrane akan menghambat terjadinya osmosis.
  3. Luas permukaan membran, kadar resapan menjadi lebih cepat jika luas permukaan membran untuk resapan lebih besar.
  4. Suhu, pergerakan molekul dipengaruhi oleh suhu, kadar resapan akan menjadi lebih cepat pada suhu yang tinggi dibandingkan suhu yang rendah (Anonim A, 2009).

Dari percobaan difusi yang telah dilakukan, rata-rata waktu yang diperlukan untuk melarutkan methylen blue adalah 10 menit 17 detik. Sedangkan untuk melarutkan Kristal CuSO 4 dengan aquades diperlukan waktu 13 menit 06 detik. Waktu yang diperlukan untuk melarutkan methylen blue dengan air lebih cepat daripada waktu untuk melarutkan CuSO4 dengan air. Hal tersebut dikarenakan sifat zatnya. Air bersifat polar, methylen blue bersifat non polar. Sehingga larutan homogennya yaitu polar dan polar akan lebih cepat dibandingkan larutan heterogen yaitu polar dan non polar. Kesalahan yang mungkin terjadi dalam praktikum seperti ketelitian dalam percobaan, misalnya saja ketidaksamaan dalam meneteskan aquades ataupun methylen blue yang dapat mempengaruhi laju difusinya (Anonim B, 2009).

Cairan isotonik, jika suatu sel diletakkan pada suatu larutan dengan zat terlarut impermeabel (tidak dapat dilewati) maka sel tersebut tidak akan mengerut atau membengkak. Cairan hipotonik, jika sebuah sel diletakkan dalam larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut impermeabel yang lebih rendah maka air akan berdifusi ke dalam sel. Cairan hipertonik, jika sebuah sel diletakkan dalam larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut impermeabel lebih tinggi maka air akan mengalir keluar dari zat dari sel dan masuk ke dalam cairan ektraseluler (Syaifuddin, 2002).

Aquades termasuk dalam cairan isotonik. Methylen blue merupakan larutan yang cairannya bersifat hipertonik karena jika dilarutkan ditetesan air, larutan methylen blue lebih pekat dibandingkan air. Sedangkan pada larutan Kristal CuSO4 yang dicampur dengan tetesan air, cairannya bersifat hipotonik karena konsentrasi Kristal CuSO4 lebih rendah daripada air.

Gerakan brown adalah gerakan terus-menerus dari suatu partikel zat cair ataupun gas, artinya partikel-partikel ini tidak pernah dalam keadaan stasioner atau sepenuhnya diam. Koefisien difusi (o) mencerminkan gerakan brown dan bergantung pada bentuk dan ukuran partikel, dan pada temperatur serta kepekatan medium. Koefisien difusi dapat diukur dengan peralatan khusus yang membentuk permukaan batas antara susfensi partikel dan pelarutnya. Kondisi dibakukan atau harkatnya dikoreksi pada suhu 20oC dan pengenceran tak terbatas dalam air. Partikel yang lebih kecil berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan yang besar. Difusi juga memainkan peranan dalam kromatografi saringan molekular (Bos, 1990).


BAB V. PENUTUP

5.2 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

  • Difusi adalah perembesan zat dari keonsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.
  • Osmosis adalah difusi suatu zat pelarut melintasi membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat.
  • Gerakan brown adalah gerakan terus-menerus dari suatu partikel zat cair ataupun gas, artinya partikel-partikel ini tidak pernah dalam keadaan diam atau dalam keadaan stasioner.
  • Faktor yang mempengaruhi difusi diantaranya adalah ukuran partikel, ketebalan membran, luas suatu area, jarak, dan suhu.

5.3 Saran

Agar dalam melakukan percobaan menggunakan bahan-bahan yang lain, juga selain yang sudah ada supaya para praktikan lebih tahu banyak dengan melakukan percobaan yang lain.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia: Jakarta
Bos, L. 1990. Pengantar Virologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
James Joyce, Colin Baker, Helen Swain. 2008. Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Erlangga: Jakarta
Juwono, Achmad Zulfa Juniarto. 2000. Biologi Sel. EGC: Jakarta
Kuchel, Philip, Gregory B Ralston. 2006. Biokimia. Erlangga: Jakarta
Syaifuddin, Drs.H. 2002. Fungsi Sistem Tubuh Manusia. EGC: Jakarta
Wirahadikusumah, Muhammad. 1985. Biokimia: Metabolisme Energi Karbohidrat dan Lipid. ITB: Bandung Yatim, Wildan. 1990. Biologi Modern. Tarsito: Bandung

UNDUH FILE

Laporan Difusi dan Osmosis PDF

Demikian pembahan tentang laporan praktikum Difusi dan Osmosis PDF, semoga dapat membantu tugas anda. Jika ada hal yang belum jelas silahkan tinggalkan komentar dibawah.

Post a Comment for "Laporan Praktikum Difusi dan Osmosis PDF"