Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Laporan Praktikum Preparat Keseluruhan PDF

Download Laporan - Laporan Praktikum Preparat Keseluruhan dengan format PDF. Laporan ini dapat di download dengan mudah secara gratis. Tulisan ini berisi laporan Preparat Keseluruhan yang digunakan untuk melengkapi tugas praktikum Biologi. Adapun tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan preparat berdasarkan metode glycerin-xylol.


laporan praktikum preparat keselurugan pdf

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sel tumbuhan mempunyai bentuk, ukuran dan struktur yang bervariasi. Struktur sel rumit, namun demikian semua sel mempunyai persamaan dalam beberapa segi dasar. Jaringan yang menyusun tumbuh-tumbuhan terdiri dari jaringan muda dan dewasa. Jaringan-jaringan ini dapat ditemukan pada bagian akar, batang dan daun tumbuhan. Jaringan ini dapat dilihat dengan membuat suatu preparat penampang dari bagian-bagian tumbuhan (Latifa, 2015).

Jaringan merupakan sekelompok sel dengan asal usul, struktur dan fungsi yang sama. Jaringan tumbuhan yang umum diamati adalah jaringan tumbuhan monokotil dan jaringan tumbuhan dikotil. Menurut Campell, dkk., (2000) dalam Apriani (2016) perbedaan monokotil dan dikotil dapat terlihat dari susunan anatomi jaringan pada penampang akar dan batang (Apriani, 2016).

Pembuatan preparat dalam pengamatan sel dan jaringan tumbuhan/hewan sangat membutuhkan pewarnaan. Pewarnaan bertujuan agar dapat mempertajam atau memperjelas berbagai elemen tisu, terutama sel-selnya. Tanpa pewarnaan, sel dan jaringan tumbuhan atau hewan akan transparan sehingga sulit untuk diamati (Apriani, 2016).

Penggunaan pewarna pada preparat tidak lain yaitu untuk mempertajam dan memperjelas gambaran jaringan dan sel-sel sehingga mempermudah untuk diteliti menggunakan mikroskop. Berdasarkan hal diatas dilakukan praktikum ini untuk membuat preparat keseluruhan (whole mount) dengan menggunakan metode glycerin-xilol (Apriani, 2016).


1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara pembuatan preparat berdasarkan metode glycerin-xylol.


1.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilakukan pada hari Senin tanggal 26 Februari 2018 dan bertempat di Laboratorium Botani, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan yang dapat digunakan untuk pembuatan spesimen adalah tumbuhan yang berbatang lunak dan serta berukuran kecil. Tumbuhan seperti ini dikatagorikan sebagai tumbuhan yang berbatang basah (herbaceus), batang rumput (calmus) dan batang mendong (calamus). Selain itu, dapat juga menggunakan tumbuhan dengan batang berkayu dengan habitus semak (Apriani, 2016).

Preparat adalah sampel spesimen yang diletakkan atau dioleskan pada permukaan gelas obyek (object glass) atau slides, dengan atau tanpa pewarnaan, yang selanjutnya dapat diamati di bawah mikroskop. Adapun beberapa preparat yang umum yaitu (Latifa, 2015):

  1. Preparat Sementara, yaitu preparat yang tidak tahan lama, mediumnya air atau bahan kimia yang mudah menguap.
  2. Preparat Semipermanen, yaitu preparat yang medianya adalah gliserin tahan pekan.
  3. Preparat Awetan, yaitu jika telah diproses secara histologis kemudian diawetkan dengan Canada Balsam. Canada Balsam larut dalam xylol.

Berdasarkan metode pembuatan preparat yang umum dilakukan dapat dibedakan berdasarkan (Latifa, 2015):

  1. Whole mount, yaitu membuat sediaan utuh. Contoh: sel tumbuhan/hewan
  2. Smear (ulas), yaitu dengan mengulaskan/menggoreskan di atas obyek glass sehingga mendapatkan selaput tipis Contoh: pollen, darah, ulas vagina (untuk mengetahui hewan bunting atau tidak), tumbuhan sekulen atau tanaman xerofit yang hidup ditempat yang lembab.
  3. Squash, yaitu ditekan dengan gelas penutup Contoh: mitosis ujung akar bawang merah.
  4. Section, yaitu dengan fiksasi (tergantung bahan) tumbuhan lebih lama butuh waktu efektif 3 hari.
  5. Maserasi, yaitu memisahkan serat-serat dari pohon kayu yang keras.

Pembuatan preparat struktur anatomis dan kerapatan trikoma dilakukan dengan metode Parafin dan Leaf Clearing selanjutnya analisis aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Contoh hasil pengamatan struktur anatomi daun kersen muda dan tua terdiri atas epidermis atas dan epidermis bawah, trikoma tidak bercabang/uniseluler (non glanduler) dan bercabang/multiseluler (glanduler)), mesofil, kolenkim, kristal tipe drus dan berkas pengangkut tipe kolateral (Kuntorini, dkk., 2013).

Jaringan pengangkut pada tumbuhan terdiri dari xilem yang menggunakan jaringan pengangkut air dan floem sebagai jaringan pengangkut bahan organik (bahan-bahan makanan). Xilem dan floem bersama-sama sering disebut sebagai berkas pengangkut (berkas vascular). Tumbuhan yang mempunyai jaringan pengangkut disebut tumbuhan vaskular, termasuk di dalamnya pteridophyta dan spermatophyta (Latifa, 2015).

Kelemahan dalam penggunaan preparat basah adalah penampakan preparat di mikroskop terkadang kurang jelas, sehingga perlu dilakukan pewarnaan pada jaringan. Pewarnaan bertujuan untuk membedakan bagian setiap jaringan sehingga mudah diamati dibawah mikroskop. Zat warna yang biasa digunakan adalah safranin dan fastgreen. Kedua zat warna ini merupakan zat warna sintetik dengan harga yang relatif mahal, sulit didapat dan tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama (Apriani, 2016).

Pewarna alami dapat dijadikan sebagai alternatif, selain murah, penggunaan bahan alami lebih aman digunakan oleh siswa. Warna yang berasal dari pewarna alami berasal dari klorofil, karetenoid, tannin dan antosianin. Pewarna alami ini dapat dihasilkan dari angkak beras merah dan teh (Apriani, 2016).

Angkak beras merah merupakan hasil fermentasi dari beras oleh kapang Monascus purpureus yang digunakan sebagai bahan pengawet dan pewarna. Menurut Suwanto (1985) dalam Apriani (2016) angkak menghasilkan 6 pigmen, yaitu rubropunktatin (merah), monaskorubrin (merah), monaskin (kuning), ankaflavin (kuning), rubropunktamin (ungu) dan monaskorubramin (ungu) dan pigmen pada angkak tidak bersifat toksik serta tidak mengganggu sistem kekebalan tubuh (Apriani, 2016).

Pewarna alami lainnya adalah teh (Camellia sinensis). Menurut Towoha (2013) dalam Apriani (2016) daun teh mengandung katekin, salah satunya berperan dalam menentukan warna. Senyawa katekin terurai menjadi senyawa theaflavin yang berperan memberi warna kuning dan senyawa thearubigin yang memberi warna merah kecoklatan. Kandungan klorofil di daun memberikan warna hijau namun dalam proses pengolahan teh, klorofil mengalami penguraian menjadi feofitin yang berwarna hitam. Selain itu, teh mengandung karotenoid yang akan memberikan warna kuning jingga. Adanya kandungan kimia yang mampu menghasilkan pigmen warna dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alternatif (Apriani, 2016).

Pewarnaan adalah proses pemberian warna pada jaringan yang telah dipotong sehingga unsur jaringan menjadi kontras dan dapat dikenali dengan menggunakan mikroskop. Proses timbulnya warna pada jaringan yang diwarnai terikat dengan terjadinya ikatan molekul antara zat warna dengan jaringan tertentu. Zat warna yang terikat pada jaringan akan menyerap sinar dengan panjang gelombang tertentu sehingga jaringan akan tampak berwarna (Dewi, dkk., 2017).

Pewarna dari filtrat daun jati muda dapat menimbulkan kontras warna antar jaringan sehingga jaringan dapat dibedakan, jadi pewarna ini telah memenuhi tujuan dari pewarnaan jaringan dalam pembuatan preparat. Proses pewarnaan pada preparat jaringan tumbuhan oleh filtrat daun muda jati dikarenakan adanya reaksi ikatan elektrostatik antara muatan ion zat warna dan bagian sel yang berbeda muatan sehingga jaringan tumbuhan dapat terwarnai menjadi merah. Zat warna basa memiliki muatan ion negatif sedangkan zat warna asam bermuatan positif (Dewi, dkk., 2017).

Contoh pembuatan preparat epidermis yaitu daun yang diambil adalah daun yang sehat.Daun yang dicuci pada air yang mengalir, difiksasi dengan FAA selama 24 jam. FAA merupakan larutan untuk memfiksasi daun yang terdiri dari campuran formaldehid, asam asetat glasial dan alkohol 70% dengan perbandingan (5 : 5 :90). Fiksasi bertujuan untuk mematikan sel tanaman tanpa merusak struktur jaringan. Setelah difiksasi selama 24 jam, daun dibilas dengan akuades. Kemudian daun dipotong menggunakan mikrotom geser secara melintang, dibilas dengan NaOCl 5% agar jernih, dibilas dengan akuades kembali, digunakan pewarna safranin 0.25%, selanjutnya irisan daun diletakkan di kaca preparat yang telah diberi gliserin 30% lalu ditutup dengan gelas penutup yang bagian tepinya telah diberi cutek. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 40 x 10 untuk mengamati parameter tebal kutikula adaksial dan abaksial dan epidermis adaksial dan abaksial (Aliah, dkk., 2015).

Pemanfaatan zat pewarna alami untuk mewarnai jaringan tumbuhan menjadi alternatif untuk menggantikan pewarna sintetis yang harganya mahal dan bersifat karsinogenik. Zat karsinogenik dalam pewarna sintetis dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu zat warna sintetis perlu diganti menggunakan zat pewarna alami untuk mengurangi masalah yang ditimbulkan. Bahan pewarna alami dapat berasal dari hewan maupun tumbuhan (Sa’diyah, dkk., 2015).

Pewarna alami adalah zat warna yang diperoleh dari bagian-bagian tumbuhan atau hewan, misalnya hematoksilin diperoleh dari tumbuhan Haematoxyli camphecianum, carmin berasal dari insekta Coccus cacti (hanya yang betina) yang hidup pada tanaman Oputia coccinellifera. Pewarna alami yang ada, memiliki beberapa pigmen warna misalnya klorofil, karotenoid, tanin, dan antosianin. Pigmen pewarna alami lebih aman digunakan meskipun tingkat kestabilan terhadap panas, cahaya dan tingkat keasaman tidak menentu (Sa’diyah, dkk., 2015).

Dalam pembuatan sediaan whole mount yang menjadi pembatas adalah faktor ukuran, ketebalan, serta tingkat transparansi sediaan yang kita buat tersebut berkaitan dengan faktor pembesaran pengamatan melalui mikroskop nantinya. Metode whole mount memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan metode ini adalah dapat mengamati seluruh bagian organisme secara utuh dan jelas bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahan metode whole mount ini adalah metode ini hanya bisa dilakukan pada organisme atau spesimen yang berukuran kecil saja sehingga perlunya untuk mengembangkan metode whole mount. Perlunya mengembangkan metode whole mount agar hasil preparat lebih baik (Setyawati, dkk., 2017).


BAB III. METODE PERCOBAAN

3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu mikroskop, kaca preparat, deck glass, silet, gelas ukur, botol winkler, sendok tanduk, dan kamera.


3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu tumbuhan Gandarusa Justicia gendarussa, akuades, larutan gliserin 10%, larutan alkohol 96%, Larutan xilol dan zat pewarna haematoxylin.


4.3 Cara Kerja

  1. Dipotong batang muda Gandarusa Justicia gendarussa sepanjang 2 cm.
  2. Dimasukkan batang muda Gandarusa Justicia gendarussa yang telah dipotong ke dalam botol winkler yang berisi alkohol 96% sebanyak 20 mL, kemudian didiamkan selama 2 jam.
  3. imasukkan batang muda Gandarusa Justicia gendarussa ke dalam botol winkler yang berisi akuades sebanyak 20 mL dan mendiamkannya selama 15 menit. Dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali dengan interval waktu 3 menit.
  4. Dimasukkan batang muda Gandarusa Justicia gendarussa yang berisi larutan akuades dicampur dengan pewarna Haematoxyline 20 mL dan didiamkannya selama 15 menit.
  5. Dimasukkan batang muda Gandarusa Justicia gendarussa ke dalam botol winkler yang berisi alkohol 96% dan mendiamkannya selama 1 menit.
  6. Dimasukkan batang muda Gandarusa Justicia gendarussa ke dalam botol winkler yang berisi gliserin 10% sebanyak 20 mL dan didiamkannya selama 5 menit.
  7. Disiapkan botol winkler yang berisi campuran larutan alkohol-xilol dengan konsentrasi 10:0, 9:1, 7:3, 5:5, 3:7, 1:9, dan 0:10.
  8. Dimasukkan batang muda Gandarusa Justicia gendarussa ke dalam botol winkler yang berisi campuran larutan alkohol-xilol dngan perbandingan 10:0 dan didiamkannya hingga 3 menit. Setelah 3 menit, batang muda Gandarusa Justicia gendarussa dimasukkan ke botol winkler yang berisi campuran larutan alkohol-xilol dngan perbandingan 9:1 dan didiamkannya selama 3 menit dan proses diulang kembali hingga sampai pada campuran larutan alkohol-xilol dengan perbandingan 0:10.
  9. Diiris batang muda Gandarusa Justicia gendarussa dan meletakkannya di kaca preparat dan menutupnya dengan deck glass.
  10. Diamati irisan batang muda Gandarusa Justicia gendarussa dengan mikroskop, kemudian dilakukan dokumentas

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Untuk melihat hasil percobaan silahkan unduh file melalui link yang ada diakhri tulisan.


4.2 Pembahasan

Preparat adalah sampel spesimen yang diletakkan atau dioleskan pada permukaan gelas obyek atau slides, dengan atau tanpa pewarnaan, yang selanjutnya dapat diamati di bawah mikroskop. Pembuatan preparat bermacam-macam salah satunya mount whole yaitu pembuatan preparat secara keseluruhan atau sediaan utuh dengan hasil yang diperoleh sel tumbuhan/hewan. Adapun faktor yang menjadi pembatas dalam pengamata, yaitu ukuran, ketebalan, serta tingkat transparansi sediaan yang kita buat tersebut berkaitan dengan faktor pembesaran pengamatan melalui mikroskop.

Metode pembuatan preparat yang digunakan untuk pengamatan secara menyeluruh, artinya mempelajari struktur vegetatif dan reproduktifnya tanpa melakukan penyayatan terhadap tanaman tersebut karena metode ini menggunakan semua bagian tanaman sebagai preparatnya. Tentu saja tanaman yang diamati haruslah berukuran kecil sehingga dapat termuat pada objek glass. Sedangkan pada tanaman yang agak besar bisa dilakukan pemangkasan agar menjadi lebih rapi dan kecil.

Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah batang muda gandarussa Justiccia gandarrusa agar pada saat proses penyatan sampel mudah untuk disayat dengan hasil yang lebih tipis dan untuk dapat melakukan sediaan serta dapat diamati struktur batang tersebut. Metode pertama adalah fiksasi. Reagen kimia yang digunakan adalah alkohol 96%. Tujuan utama dari fiksasi ini adalah untuk mengawetkan semua struktur sel sehingga sedapat mungkin berada dalam keadaan sama atau hampir sama dengan pada waktu masih hidup. Tujuan direndamnya di dalam alkohol untuk melarutkan klorofil pada batang tumbuhan dimana dalam praktikum ini dilakukan selama dua jam. Dengan hilangnya warna pada batang tersebut, ini akan memudahkan pada saat pewarnaan nanti sehingga preparat lebih terlihat dengan jelas.

Tahap aspirasi dengan tujuan untuk mengeluarkan udara dalam jaringan tumbuhan agar penetrasi dari larutan aquades tidak terhalang. batang tersebut direndam ke dalam aquades 20 mL selama 15 menit dengan pergantian aquades 5 kali dengan interval waktu setiap 3 menit. Pada pergantian aquades pertama, batang melayang di dalam aquades yang menandakan bahwa alkohol masih ada di dalam batang tersebut. Tetapi, pada saat pergantian terakhir, batang tersebut tenggelam yang berarti alkohol telah keluar sepenuhnya dan warna pada batang berubah menjadi hijau muda.

Tahap pewarnaan yaitu batang tersebut direndam didalam larutan haematoxylin 20 mL selama 15 menit. Larutan ini diharapkan dapat merembes masuk ke dalam sel-sel pada batang tersebut secara osmosis. Fungsi pewarnaan pada tahapan ini adalah agar sel yang diamati dapat tampak dengan jelas seperti bagian-bagian epidermis, korteks, berkas pengangkut, dan empulur itu dapat terlihat dengan jelas.

Tahapan selanjutnya adalah pencucian dengan menggunakan alkohol 96% selama satu menit. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan haematoxylin pada permukaan batang. Setelah itu, batang tersebut dilakukan dehidrasi dengan gliserin 10% sebanyak 20 mL selama 5 menit. Hal ini dimaksudkan untuk menarik sisa air yang berada dalam larutan agar dapat kemudian diisi dengan larutan tertentu dan juga sebagai pengawet sel-sel pada batang agar batang tetap awet dan bisa digunakan sebagai preparat.

Tahapan selanjutnya adalah dealkoholisasi bertingkat dengan perbandingan alkohol-xilol 10:0, dengan volume alkohol 50 mL dan 0 mL larutan xilol. Pada perbandingan 9:1 dengan volume alkohol 45 mL dan 5 mL larutan xilol. Pada perbandingan alkohol-xilol 7:3 dengan volume alkohol 35 mL dan 15 mL larutan xilol. Kemudian perbandingan 5:5 dengan volume alkohol 25 mL dan 25 mL larutan xilol. Kemudian perbandingan 3:7 dengan volume alkohol 15 mL dan 35 mL larutan xilol. Pada perbandingan 1:9 dengan volume alkohol 5 mL dan 45 mL larutan xilol. Pada perbandingan 0:10 dengan volume alkohol 0 mL dan 50 mL larutan xilol. Hal ini dilakukan agar melunturkan zat alkohol yang terdapat pada batang Justicia gendarussa.dengan alkohol 50 ml dengan rentang waktu setiap 3 menit. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan sisa alkohol dengan digantikan dengan xylol berfungsi untuk menghilangkan kadar alkohol yang tersisa/ terserap di dalam sel/ jaringan pada batang dan untuk keperluan tertentu seperti untuk menempelkannya pada paraffin. Setelah semua langkah itu selesai, batang disayat melintang untuk dilihat hasil preparat yang telah dibuat.

Pada penampang batang melintang yang telah diamati di mikroskop diperoleh hasil pada 2 jam kemudian terjadi perubahan pada air yang semula jernih menjadi berwarna kehijauan dengan pengamatan mikroskop terdapat epidermis, korteks, dan berkas pengangkut yaitu xilem dan floem. Pada pengamatan dengan waktu 1 hari diperoleh penampang batang yang berwarna merah muda keunguan terdapat epidermis, korteks dan berkas pengangkut yaitu xilem dan floem.

Metode whole mounth memiliki kelebihan metode ini adalah dapat mengamati seluruh bagian tanaman dengan jelas tiap bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahannya yaitu hanya dapat digunakan tanaman yang kecil saja sehingga metode ini perlu terus dikembangkan agar lebih baik dalam pembuatan preparat dan pengamatan preparat (Setyawati, dkk., 2017).


BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan pada percobaan ini, yaitu tahap pembuatan preparat keseluruhan (whole mount) adalah tahap pencucian dengan cara fiksasi, tahap aspirasi, tahap pewarnaan, tahap pencucian, tahap dehidrasi, dan tahap dealkoholisasi bertingkat yang keseluruhannya ini digunakan pada tanaman Ganda rusa Justicia gendarrusa L. perbedaan waktu dalam pengamatan menentukan hasil preparat yang amati, yaitu pada perbedaan warna penampang batang lebih lama proses fiksasi maka warna penampang semakin tampak dengan baik.


5.2 Saran

Saran Untuk Praktikum

Sebaiknya alat praktikum lebih dilengkapi seperti gelas winkler perlunya perbaikan alat yang sudah tidak layak paka dan bahan pada praktikum seperti bahan kimia sebaiknya disediakan agar kebutuhan yang memadai.

Saran Untuk Laboratorium

Sebaiknya laboratorium dijaga kebersihannya agar membuat nyaman dan wastafel keran di laboratorium botani agar segera diperbaiki atau diganti agar tidak satu tempat saja untuk mencuci alat yang sudah dipakai.

Saran Untuk Asisten

Sebaiknya asisten menjelaskan secara keseluruhan dan membimbing serta memperhatikan praktikan agar apa yang dikerjakan sesuai dengan prosedur kerja.


UNDUH FILE

Laporan Preparat Keseluruhan PDF

Demikian pembahan tentang laporan praktikum Preparat Keseluruhan PDF, semoga dapat membantu tugas anda. Jika ada hal yang belum jelas silahkan tinggalkan komentar dibawah.

Post a Comment for "Laporan Praktikum Preparat Keseluruhan PDF"